TNews – Secara terang-terangan Samsu Sempena selaku direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja mengatakan saat ini banyak badai yang akan menjadi tantangan besar untuk generasi muda di era digital.
Ia menyampaikan agar generasi muda harus lebih mengembangkan serta meningkatkan kompetensi diri agar peluang karier bisa terbuka dan minim hambatan.
“Banyak sekali alternatif meningkatkan pendapatan untuk para milenial dan Gen-Z di era dunia digital, khususnya yang disebut gig economy ini,”
kata Samsu dalam keterangan, Jumat (3/2/2023).
Sayangnya, meski mayoritas anak muda melek teknologi, tapi generasi millenial kebanyakan memiliki masalah terhadap mental juang. Salah satu masalah akut antara lain mudah menyerah, mentalitas instan, dan enggan beraksi. Pilihannya ada dua, yakni mau jatuh atau berjuang.
Untuk itu, generasi muda harus bisa memilah-milah informasi karena waktu terbatas serta menggunakan teknologi dengan bijak di era dunia digital. Generasi muda juga harus mengembangkan diri dengan skill-skill yang dibutuhkan. “Serta mulai bekerja atau membangun usaha sesuai keterampilan dan passion,” ucap Samsu.
Diketahui, disrupsi yang makin sering terjadi, baik karena ekonomi, politik, teknologi, maupun kesehatan akibat pandemi mengubah banyak hal. Di Singapura, tren umur perusahaan semakin pendek, dari semula 40 tahun jadi 10 tahun.
Warganya berganti pekerjaan rata-rata tiap lima tahun. Sementara, dunia kerja Indonesia dihadapkan pada ketimpangan antara output dunia pendidikan dan permintaan dunia industri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, hanya 10 persen angkatan kerja Indonesia yang pernah ikut pelatihan di luar pendidikan formal.
Belum lagi ada badai besar yang saat ini sedang mengancam industri kreatif dengan kehadiran teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Teknologi ini memang sudah relatif lama, tapi kemunculan ChatGPT tentu semakin menyadarkan kita. Pasalnya, ancaman era digital bukan pekerja tingkat bawah seperti yang kita asumsikan.
Dengan kemampuannya, teknologi AI saat ini justru mengancam industri kreatif. maka dari itu, kaum millenial harus pintar mengambil peluang jangka panjang yang paling potensial.